oleh : Andy Ilman Hakim
Inilah waktu, acuh tak peduli pada apapun.
Tak memandang keadaan genting, ataupun tenang sekalipun.
Hidup seolah dikejar waktu, tak memandang saat-saat kita tengah riuh tertawa, bersitegang, dan berdiam diri.
Semua bisa berbeda dalam sekejap. Bahkan bertentangan.
Mempertentangkan ego, nurani, kepercayaan dan semua yang menyangkut hidup.
Seolah diadudombakan oleh waktu.
Waktu tak akan pernah peduli akan sebuah alasan.
Harga mati, apapun yang terjadi dan serasa lebur oleh waktu.
Kita ditundukkan oleh keadaan-keadaan yang dihadapkan pada kita.
Entah apapun kondisi saat itu, waktu memaksakan kita untuk mengikuti alurnya.
Kadang aku menyesali keadaan yang tengah dipersiapkan oleh waktu.
Aku tak mengetahui apapun yang terjadi, dan mau tidak mau aku harus tunduk pada keadaan tersebut.
Rencana-rencana kehidupan yang matang, seolah hanyalah perencanaan semu.
Karena waktulah pengambil keputusan, entah apa yang harus kuterima kemudian.
Aku tak pernah berniat untuk mencapai keterpurukan. Bahkan mengecewakan seseorang.
Namun, waktu kadang salah menilainya. Ia menguji kesabaran kita, menguji kepercayaan kita, bahkan menghancurleburkan perencanaan kita.
Dan memaksa pikiran kia bermain dalam ego kita masing-masing.
Aku tak habis pikir, waktu tak memberikan kesempatan untuk merealisasikan semua, bahkan untuk sebuah alasan membenarkan apa yang terjadi sebenarnya.
Waktu memaksaku untuk bertekuk lutut dan menyerah akan permainan ini.
Hanya kupalingkan muka, dalam tekad dan menguatkan niatku,
aku berkata,”Terlalu dini untuk menyerah pada waktu !”
Aku masih punya angan, perencanaan matang untuk membahagiakan seseorang.
Walaupun waktu selalu berusaha merusaknya.
Biarkan waktu mempersiapkan keadaan-keadaan genting untuk menjerumuskan impianku, tetapi menyerah bukanlah pilihan.
Mengapa waktu kita selalu salah ? Bagiku, kita tak pernah salah dalam waktu.
Dan aku tak akan pernah sekalipun menyalahkan waktu. Inilah yang kukenal dengan apa yang dinamakan tujuan besar, senantiasa terhalang oleh terpaan cobaan yang besar pula.
Untuk mencapai puncak, kita hanya perlu beradaptasi di setiap tingkatannya.
Semua kembali pada diri kita, dan aku tak pernah sekalipun berniat mengecewakan seseorang.
Karena tujuan yang ingin kuciptakan besar, dan harus kupersiapkan penghadapan terhadap cobaan besar apapun.
Kadang aku akan rapuh menghadapinya, namun tak ada lagi yang menguatkanku selain kepercayaanmu. Lawan pertama kita bukanlah orang lain, tetapi diri kita sendiri.
Ya, diri kita sendiri. Keikhlasan, kesabaran, dan kepercayaan kita memang terbatas.
Namun cobaan tak terbatas adanya, dan tak akan pernah berhenti menguji keterbatasan kita.
Hanya bisa kutempa keterbatasan untuk menjalani kehidupan, karna ku yakinkan dalam diri kelak kutuai kesungguhanku dalam kebahagiaan yang ingin kuciptakan untuk seseorang.
Semua hanyalah proses perjalanan panjang, hanya sebuah perjalanan.
Berharap, kita senantiasa bersama menghadapi semua.
Apapun dihadapan kita. Be brave to face the facts !
Tak memandang keadaan genting, ataupun tenang sekalipun.
Hidup seolah dikejar waktu, tak memandang saat-saat kita tengah riuh tertawa, bersitegang, dan berdiam diri.
Semua bisa berbeda dalam sekejap. Bahkan bertentangan.
Mempertentangkan ego, nurani, kepercayaan dan semua yang menyangkut hidup.
Seolah diadudombakan oleh waktu.
Waktu tak akan pernah peduli akan sebuah alasan.
Harga mati, apapun yang terjadi dan serasa lebur oleh waktu.
Kita ditundukkan oleh keadaan-keadaan yang dihadapkan pada kita.
Entah apapun kondisi saat itu, waktu memaksakan kita untuk mengikuti alurnya.
Kadang aku menyesali keadaan yang tengah dipersiapkan oleh waktu.
Aku tak mengetahui apapun yang terjadi, dan mau tidak mau aku harus tunduk pada keadaan tersebut.
Rencana-rencana kehidupan yang matang, seolah hanyalah perencanaan semu.
Karena waktulah pengambil keputusan, entah apa yang harus kuterima kemudian.
Aku tak pernah berniat untuk mencapai keterpurukan. Bahkan mengecewakan seseorang.
Namun, waktu kadang salah menilainya. Ia menguji kesabaran kita, menguji kepercayaan kita, bahkan menghancurleburkan perencanaan kita.
Dan memaksa pikiran kia bermain dalam ego kita masing-masing.
Aku tak habis pikir, waktu tak memberikan kesempatan untuk merealisasikan semua, bahkan untuk sebuah alasan membenarkan apa yang terjadi sebenarnya.
Waktu memaksaku untuk bertekuk lutut dan menyerah akan permainan ini.
Hanya kupalingkan muka, dalam tekad dan menguatkan niatku,
aku berkata,”Terlalu dini untuk menyerah pada waktu !”
Aku masih punya angan, perencanaan matang untuk membahagiakan seseorang.
Walaupun waktu selalu berusaha merusaknya.
Biarkan waktu mempersiapkan keadaan-keadaan genting untuk menjerumuskan impianku, tetapi menyerah bukanlah pilihan.
Mengapa waktu kita selalu salah ? Bagiku, kita tak pernah salah dalam waktu.
Dan aku tak akan pernah sekalipun menyalahkan waktu. Inilah yang kukenal dengan apa yang dinamakan tujuan besar, senantiasa terhalang oleh terpaan cobaan yang besar pula.
Untuk mencapai puncak, kita hanya perlu beradaptasi di setiap tingkatannya.
Semua kembali pada diri kita, dan aku tak pernah sekalipun berniat mengecewakan seseorang.
Karena tujuan yang ingin kuciptakan besar, dan harus kupersiapkan penghadapan terhadap cobaan besar apapun.
Kadang aku akan rapuh menghadapinya, namun tak ada lagi yang menguatkanku selain kepercayaanmu. Lawan pertama kita bukanlah orang lain, tetapi diri kita sendiri.
Ya, diri kita sendiri. Keikhlasan, kesabaran, dan kepercayaan kita memang terbatas.
Namun cobaan tak terbatas adanya, dan tak akan pernah berhenti menguji keterbatasan kita.
Hanya bisa kutempa keterbatasan untuk menjalani kehidupan, karna ku yakinkan dalam diri kelak kutuai kesungguhanku dalam kebahagiaan yang ingin kuciptakan untuk seseorang.
Semua hanyalah proses perjalanan panjang, hanya sebuah perjalanan.
Berharap, kita senantiasa bersama menghadapi semua.
Apapun dihadapan kita. Be brave to face the facts !