Minggu, 28 Oktober 2012

REFLEKSI 1 Tahun HEGEMONI 
 
Orang akan sangat kritis melihat lawannya sedang salah, tetapi mengapa ia bungkam seribu bahasa saat kawan sendiri berbuat salah?

Mereka bergerilya mencari suara, hanya untuk eksistensi. Mereka berbicara perjuangan, namun bukan pengabdian. Lantas perjuangan untuk siapa?

Anda boleh berbangga sejarah mencatat jatuhnya rezim lama, tapi haruslah diingat sejarah juga mencatat rezim baru tak juga lebih baik.

Masihkah ingat kebahagiaan yang terluapkan di saat detik-detik hegemoni tercipta? Andai kebahagiaan itu juga dirasakan oleh semua, saat ini.

Seharusnya euforia kala itu tidak membutakan diri, sayangnya naluri kekuasaan terlalu tebal menutup mata.

Mungkin ini yang dinamakan peluruhan idealisme, sampai harga sebongkah kursi harus mengorbankan hak puluhan ribu orang.

Apa yang mereka cari? Hingga retorika begitu halus menyihir, baku hantam menjadi andalan, dan kegagalan hanya bukti prestasi akhir.

Ini hanyalah sajak-sajak kecil, yang dimatikan oleh diam. Namun, diam-diam bergejolak, malam ini.

Harusnya, sesekali kita berkaca. Agar tidak selalu menganggap diri adalah benar. Bukankah seringkali kita salah? Sayangnya, hegemoni menutupinya.

Kesalahan mengajarkan kita memaknai kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar