Minggu, 06 Januari 2013

Masa Muda?

Masa Muda?
Entahlah, bagaimana dunia melihat masa mudaku? Sempat terfikir, mengapa aku tidak merasa seperti kebanyakan orang lain. Dan seringkali mengasingkan diri dan berpura-pura seperti layaknya mereka.

Entahlah, bagaimana angin memutar keadaan masa mudaku? Kadangkali, waktu begitu berjalan terlalu cepat, dan kadang begitu lama untuk beranjak ke keadaan baru. Bahkan, tak jarang aku menutupi kerapuhan.

Entahlah, bagaimana air mengarahkan masa mudaku? Tiap malam selalu saja mengambil waktu untuk merenungkan masa lalu, dan masa depanku kelak. Namun, aku saja masih merasa asing dengan diri sendiri.

Satu hal terakhir yang ku ingat, ibu melarangku untuk tidak menjalin hubungan spesial dengan perempuan manapun. Ya, Larangan untuk berpacaran! Sejak aku merasa besar dan memulai segalanya dengan mandiri, tak pernah sekalipun bermaksud untuk berbohong pada orang tua, apalagi mencoba tak mengindahkan nasehat-nasehat ibu. Mungkin ini hal yang ku pegang bahwa patuh pada orang tua pasti akan membawa pada kebaikan, dan kesuksesan kelak.

Tapi, satu hal yang terkadang menguji. Kadangkali, inilah yang membuatku merasa asing dengan masa muda. Mengapa aku terlalu keras pada diriku sendiri. Dan tak sedikitpun memberi celah untuk berbuat hal yang sesekali mungkin dilakukan anak muda pada umumnya. Seperti halnya berpacaran lagi, dan lagi. Namun, memang harus diakui bahwa aku tak lihai dalam hal itu, terlalu kaku dan bodoh untuk menjadi seorang kekasih. Atau memang karena aku sendiri tidak betul-betul mengenal apa sebenarnya itu pacaran dan memaknai cinta seperti orang lain katakan. Ah… se’katrok’ itukah aku? Atau zaman ini zaman katrok?

Setidaknya dari sini aku belajar dan mulai meyakini bahwa pengalaman adalah guru terbaik, dan aku telah membuktikannya.

Sekali lagi memikirkan petuah ibu, bahwa aku tak boleh lagi berpacaran. Benar memang, sejak ibu memberi petuah itu aku mulai takut untuk mencintai perempuan. Meski terkadang, naluri laki-laki untuk mencintai seorang perempuan sesekali bergejolak. Untuk menahannya, sekali lagi aku tanyakan pada diri sendiri, sudah siapkah? Apa yang ku cari dari pacaran? Nothing!

Benar memang, aku pribadi belum merasa siap, dan tak menemukan jawaban jelas apa alasan untuk kemudian berpacaran. Tapi keadaan di antara naluri laki-laki dan petuah itu memposisikan diriku dalam peperangan batin, keduanya selalu bertaut.

Mungkin, inilah yang dinamakan mencintai dalam diam. Memang harus kunikmati kenyataan ini, karena pengalaman lalu tak lagi memberiku jalan. Dan secara jujur kukatakan, secara terpaksa ini harus kujalani, nasehat ibu. Meski memang dirasa berat, terpaksa sekalipun, pasti akan terbiasa dengan sendirinya.

Beberapa bulan ini sudah ku jalani, awalnya memang terlihat abnormal, karena mungkin aku terlalu keras menerapkannya pada diri. Dan kali ini yang tidak bisa kupungkiri, aku merasa takut untuk jatuh cinta meskipun diam-diam harus diakui bahwa wajar manakala sekedar menyukai seseorang. Tapi begitu setiap kali muncul urusan hati, begitu cepat sekali pertahanan diri menangkisnya. Lagi-lagi harus meredam untuk mematikan apa itu yang dinamakan mencintai.

Malam ini, tepat hari ini, kondisi fisik dan psikis memang harus berhenti untuk menuruti perang batin, menghentikan lagi permberontakan hati. Aku harus berhenti, dan memanglah harus berhenti mencari-cari alasan untuk membunuh perlahan demi perlahan prinsip yang sudah kutanam sejak kecil dahulu.

Kembali ku yakinkan pada diri, bahwa beginilah faktanya aku terlahir, dan tidak akan pernah sedikitpun untuk merubahnya secara menyeluruh. Aku meyakini bahwa setiap orang terlahir dengan garis hidup yang sudah ditetapkanNya. Dan inilah yang perlahan ku pahami, bahwa apa yang ku alami dahulu dan keadaanku sekarang adalah perjalanan garis yang sudah diperuntukkan untuk menjadi jalan hidupku.

Saat ini dan ke depan, aku hanya ingin berdoa dan berharap bahwa di masa-masa muda ini, semoga aku senantiasa diingatkan Tuhan melalui kekuatan batin untuk memfokuskan diri pada studi dan pencapaian karir. Aku hanya tidak ingin jatuh cinta di usia yang salah, karena jika hal dimulai oleh hal yang tidak tepat maka hasilnya pun tidak akan seperti apa yang ingin kita capai.

Aku tidak sendiri, dan tidak akan pernah merasa sendiri. Kelak, pasti akan ada waktunya  tersendiri bagiku untuk memikirkan apa itu jodoh. Saat ini otak harus ku atur sepenuhnya untuk pencapaian mimpi-mimpi kesuksesan yang harus kucapai hingga saatnya nanti keadaan dan usia yang mengarahkanku pada apa yang dinamakan jatuh cinta yang sebenar-benarnya jatuh cinta.

Memang harus diakui, rasa syukur kepada Tuhan, keluarga, dan pengalaman haruslah kulakukan sebagai bentuk terima kasih atas segala pembelajaran selama ini.

Sebagai penutup,
Mungkin aku akan lelah, lengah, dan merasa bersalah, namun sekali lagi ku yakini dalam doa, selama kebaikan yang ku tanam, maka Tuhan akan memberikan buah kebaikan padaku, dan jalan hidupku.

22.40
31/10/2012

2 komentar:

  1. hai mas salam kenal,
    mmm, aku tertarik tulisan mas, yaa mencurahkan perasaan dan berbagi perasaan sgt perlu untuk orang2 yg menamakan dirinya social human.
    sekedar share aja mas, aku juga ngalami hal2 yg mirip2 sm mas, keras sama perasaan sendiri, dan itu sakitnya luar biasa. terlebih ketika gak banyak orang yg tau kalo kita keras sm diri kita, gak ada penghiburan blas..
    share jg nih mas dari pengalaman yg udah aku refleksiin, mendengar keinginan hati perlu juga meskipun bertentangan sm apa yg dipikirkan diri sendiri dan orang lain. biarlah hati berbicara tanpa interupsi apapun dari pikiran, sekali2 hati juga ingin didengarkan meskipun kehendaknya akan sangat sulit terwujud.
    masalah jodoh, mmmm, mencintai itu kompleks mas. Butuh keheningan untuk mengerti maknanya, mengapa ada ketertarikan, mengapa ada cinta, apakah cinta adalah hal yang paling hakiki di bumi ini? kalau mas belum ingin mencintai wanita (berkomitmen), belajarlah mencintai hal - hal lain, ya karena cinta itu luas, namun prinsipnya sama, memberi, berbagi, membebaskan, dan yang paling penting di dalamnya adalah adanya KASIH.
    jangan biarkan karir, pendidikan, atau apapun menghentikan mas dari rasa kasih, kalo gak ada itu ntar mati rasa mas.
    biarkan kasih itu tumbuh mas, mgkn termasuk ke cewek yang mas suka, jgn dihalangin, biar aja tumbuh dan berkembang, dan mungkin akan layu dengan sendirinya, atau mungkin menetap. Yang paling penting adalah tetep dikontrol sm hati.
    gitu aja mas share dr aku, hehehe jangan dianggep hal yg terlalu gimana mas, aku skedar tertarik untuk share dg mas.
    Tetep berdoa, tetap berefleksi, jangan mengeluh, dan semangaaattt !!!
    oh ya, kalo refleksi positifkan kata2 yg ada, meskipun kesel, biar energi positifnya bs bikin semangat hidup.
    GB :)

    BalasHapus
  2. Amin amin amin. Semoga sukses dalam mencapai impiannya.

    BalasHapus